Home » » Emaaaaaak!!!

Emaaaaaak!!!

Baru saja kulihat lelaki tua keluar dari pertapaannya. Dengan langkah terpincang mencoba menyusuri lorong mencoba meraih gagang mulut goanya. Belum terlalu tua namun cukup tua untuk dibilang muda. Perlahan lahan ia berjalan, pelan namun pasti sambil sesekali berhenti mengusap kaki kirinya. Kurus kering kurang gizi, berjambang tak terurus.

Melihat itu Aku coba bertanya pada Diriku, "kemana anak bapak itu? Tega benar ia menelantarkan ayahnya? Apa yang diperbuatnya?" mendengar apa yang Aku lihat dan melihat apa yang Aku dengar nampaknya bapak itu hidup sebatang kara. Belum sempat Aku selesai berucap Diriku menyanggah dengan kerasnya, "jangan salah bapak itu punya anak, sedang menyelesaikan studinya di kampus swasta!". Mendengar jawaban itu Aku sangat terkaget. "apa yang diperbuat anak itu? Seorang calon sarjana memperlakukan ayahnya seperti itu." teriak Aku spontan.

Beberapa langkah berjalan meninggalkan bapak itu Aku terkejut. Kali ini kulihat perempuan paruh baya sedang dimaki seorang tinggi besar berkumis. Ternyata sang majikan sedang berkotbah pada pembantunya.

Melihat sosok ibu itu rasa ibaku mulai memuncak. Aku kembali bertanya pada Diriku, "kemana anak ibu itu? Apa yang diperbuatnya? Tega benar ia pada ibunya? Bukankan sudah seharusnya ibu itu menikmati masa tuanya tanpa caci maki dan hinaan?". Mendengar pertanyaan itu Diriku kembali berucap, "anaknya sedang mengadu nasib di bangku Universitas." Mendengar jawaban itu Aku tersentak. Kali ini ia langsung diam seribu bahasa. Tanpa seucap katapun ia melangkah.

Melihat Ia seperti itu Diriku mulai membuka percakapan. Tepat sekitar 100 m dari tempat ibu ibu barusan. "eh kenapa loe?" Diriku membuka pembicaraan. Mendengar pertanyaan itu Aku cuma menatap sebentar sambil menggelengkan kepala seolah tak terjadi apa-apa. Perjalananpun semakin hening.

Sekitar satu kilometer perjalanan tiba-tiba Aku menggumam lirih. "harusnya begini, bukan begitu.". Mendengar itu Diriku kembali bertanya dan kali ini Aku menjawab, "gue teringat emak." "kenapa?" Tanya Diriku mulai masuk ke dalam. Kali ini Aku benar-benar masuk kedalam Diriku. Kata demi kata mulai tersugesti. Diriku benar-benar menguasai Aku persis seperti aksi Uya Kuya mengupas habis target operasinya.

Setelah ngalor ngidul ngetan ngulon berselancar dalam alam bawah sadar, digembleng dengan ratusan pertanyaan akhirnya Diriku mengerti siapa Aku yang sebenarnya.
"EMAAAAAAK. . . ."

Berbanding terbalik dengan perangainya. Badan besar, kekar, wajah sangar tapi,

"EMAAAAAAK. . . . ."

note : ucapan terima kasih kepada Aku dan Diriku yang telah menginspirasi cerita ini. Permohonan maaf juga saya haturkan kepada Aku dan Diriku jika dalam penyusunan ini terdapat kesalahan. Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika memang ada kemiripan tokoh, nama, dan tempat itu memang sudah disengaja. TERIMA KASIH.


0 komentar:

Post a Comment

sponsored

Popular Posts